PENTINGNYA ASESMEN KEBUTUHAN DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM BK

avatar Tong Hari
Tong Hari

122 x dilihat
PENTINGNYA ASESMEN KEBUTUHAN  DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM BK
Hasana Huspa, Mahasiswa Bimbingan dan Konseling IAIN SAS Babel

IAINSASBABEL.AC.ID BANGKA.Asesmen ialah proses yang melibatkan pengumpulan, pengolahan dan penilaian informasi terkait dengan kemampuan, pengetahuan, keterampilan, sikap atau karakteristik lainnya dari individu, kelompok atau organisasi. Menurut Mahanal (2014) adanya asesmen mampu mengambarkan dan memberikan  informasi yang tepat berguna membantu dalam mengidentifikasi tentang kondisi dan kebutuhan subjek yang sedang dievaluasi. Asesmen dapat dilakukan dalam berbagai konteks, mulai dari pendidikan, bimbingan dan konseling, hingga dunia kerja.

Asesmen pada umumnya banyak sekali diterapakan pada bidang pendidikan adapun tujuannya dilakukan asesmen untuk memperoleh data yang dapat digunakan sebagai alat ukur individu dalam mengembangkan potensi yang diasesmen, yang menjadi titik akhir dan tolak ukur dalam menetapkan perencanaan, pengambilan keputasan, pengembangan program dan evaluasi lanjutan terhadap sekelompok orang ataupun individu.

Pada dunia pendidikan asesmen memang dijadikan sebagai alat tolak ukur dalam berbagai bidang yaitu bidang pribadi, bidang sosial, bidang belajar maupun karir, sehingga dilakuknnya asesmen tersebut sangat penting karena asesmen tidak berfokus kepada kinerja akademis peserta didik saja melainkan juga berguna memahami kebutuhan holistik peserta didik. Dengan demikian dilakukan asesmen kepada peserta didik mempermudah konselor dalam mengindetifikasi dan menganalisis potensi, kekuatan, kelemahan, bakat, minat yang ada pada peserta didik sehingga konselor dapat merancang program bimbingan dan konseling yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Selain itu, asesmen juga sebagai alat dalam mengenali dan mengidentifikasi permasalahan yang dialami oleh peserta didik guna memperoleh penyelesaian yang tepat sesuai dengan kondisi permasalahan yang dialami.

Asesmen pada umumnya sangat banyak sekali dilakukan dilembaga pendidikan terutama pada bidang bimbingan dan konseling (BK). Bidang bimbingan dan konseling (BK)  dalam lembaga pendidikan berperan sebagai pendidik (konselor) dalam membantu peserta didik  mengembangkan kemampuan diri dan potensi dirinya secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan yang dimilikinya, seperti kemampuan dasar, bakat, minat, latar belakang keluarga maupun pendidikan. Adanya proses asesmen dapat membantu konselor dalam mengidentifikasi karakteristik, kebutuhan dan potensi peserta didik sehingga konselor dalam membuat rancangan program bimbingan dan konseling sesuai dengan kebutuhan peserta didik, sehingga program yang dirancang dapat tepat sasaran.

Asesmen dalam bimbingan dan konseling sebagai kunci awal dalam menghadapi perkembangan peserta didik yang ada di sekolah, jika seorang konselor atau guru BK tidak melakukan asesmen di awal dalam menghadapi kebutuhan ataupun permasalahan peserta didik dapat dinyatakan bahwa dalam menghadapi perkembangan peserta didik akan terhambat. Dengan adanya proses asesmen setiap peserta didik akan menerima dukungan yang sesuai dengan pedoman hasil asesmen yang dipandu dengan baik dari aspek akademik, sosial, emosional dan perencanaan karir yang mereka butuhkan. Pada aspek akademik dengan adanya hasil asesmen guru BK  dapat menganalisis kemajuan dan kemunduran akademik peserta didik selain itu hasil asesmen juga sangat dibutuhkan dalam penyusunan rencana karir yang harus disesuaikan dengan minat, bakat dan tujuan peserta didik kedepannya.

Pada proses asesmen, Guru BK  tetap mengutamakan etika dan menjaga kerahasian informasi hasil asesmen setiap individu, menghormati hak-hak siswa, dan menggunakan alat asesmen yang valid serta reliabel.  Hasil asesmen yang diperoleh tersebut dipergunakan dengan sebaik-baiknya  untuk kepentingan peserta didik yang bersangkutan tanpa ada penyalagunaan buat kepentingan pribadi. Penggunaan alat asesmen tentunya mengutamakan yang valid dan reliabel agar hasil yang diperoleh dapat dipastikan akurat dan dapat diandalkan dalam pengambilan langkah keputusan terkait perkembangan dan pengembangan peserta didik.

Dalam konteks pendidikan disekolah hasil asesmen dijadikan dasar dalam pembuatan keputusan, pemberian umpan balik dan  perancangan intervensi yang tepat sesuai dengan kebutuhan individu atau kelompok  dalam pelaksanaan pengembangan program konseling.  Dalam melakukan pengembangan program sendiri data dapat  diperoleh dari proses asesmen yang melibatkan siswa, konselor, guru untuk membuat keputusan yang lebih terarah dan relevan dalam mendukung perkembangan subjek yang dievaluasi (Mahmud & Sunarty, 2012).

Selain untuk mengembangankan program bimbingan dan konseling, umpan balik yang diperoleh dari hasil asesmen yang dilakukan dapat dijadikan tolak ukur untuk membantu individu ataupun kelompok dalam memahami kekuatan dan area yang perlu diperbaiki, serta memberikan dorongan dan motivasi kepada peserta didik untuk mencapai tujuan mereka. Selain itu, hasil asesmen diperoleh dapat dijadikan landasan dalam merancang intervensi atau program yang sesuai dengan kebutuhan spesifik individu ataupun kelompok yang bertujuan membantu mereka mencapai potensi yang ada pada dirinya dan mengatasi tantangan yang mungkin dihadapi.

Nilai-nilai yang digunakan dalam proses asesmen meliputi validitas dan reliabilitas. Dengan adanya nilai tersebut hasil asesmen yang diperoleh baru dapat dinyatakan akurat sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Validitas dan reabilitas dinyatakan valid apabila mengacu kepada konsistensi hasil  dari penggunaan instrument dan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak relevan atau fluktuasi acak.  Adapun demikian asesmen yang terstruktur dan komprehensif, akan berdampak baik serta mampu  menghasilkan layanan yang terfokus dan relevan sesuai dengan kebutuhan individu. Dengan demikian, asesmen bukan hanya sekadar langkah awal, tetapi merupakan elemen kunci dalam proses bimbingan dan konseling yang efektif yang bertujuan untuk membantu siswa mencapai potensi penuh mereka dan menghadapi tantangan dengan percaya diri.

Adapun urgensi asesmen kebutuhan dalam bimbingan dan konseling di sekolah sangatlah penting. Menurut Asmita & Fitriani (2022) asesmen sangat membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan dan permsalahan peserta didik secara akurat dan relevan, pada saait ini sudah cukup banyak sekali sekolah diindonesia yang menjadikan asesmen sebagai langkah pertama dalam mengukur kemampuan siswanya. Asesmen digunakan karena mudah untuk dilakukan dan dapat diandalkan sebagai alat ukur yang efektif. Tanpa asesmen yang komprehensif, akan sulit bagi konselor untuk memahami secara tepat kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh peserta didik.

Asesmen dinyatakan mampu membantu dalam menilai potensi dan kekuatan siswa. Guru bimbingan dan konseling (BK) dapat secara efektif menilai potensi dan kekuatan individu melalui hasil asesmen pemahaman yang mendalam tentang karakteristik peserta didik, sehingga Guru BK mampu memberikan bimbingan yang lebih terarah dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Adanya hasil asesmen juga mampu mengidentifikasi bakat-bakat yang mungkin belum terungkap sehingga dapat diberikan dorongan dan pengembangan yang tepat dan dapat diberikan perhatian khusus untuk memperoleh keberhasilan akademik dan pribadi secara maksimal.

Oleh karena itu asesmen bimbingan dan konseling di sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam membantu individu mencapai potensi penuh mereka serta menghadapi tantangan dengan percaya diri. Asesmen ini tidak hanya bertujuan untuk menilai kinerja akademis siswa, tetapi juga untuk memahami kebutuhan individu secara holistik. Dengan menggunakan alat asesmen yang valid dan reliabel serta menjalankan proses dengan penuh etika, para konselor dapat memberikan dukungan yang sesuai untuk perkembangan akademik, sosial, emosional dan perencanaan karir siswa. Asesmen juga penting dalam penyusunan rencana karir yang sesuai dengan minat, bakat dan tujuan siswa di masa depan, serta dalam merancang intervensi atau program yang sesuai dengan kebutuhan spesifik subjek.(*)

Penulis :  Hasana Huspa, Mahasiswa Bimbingan dan Konseling IAIN SAS Babel