Mahasiswa KKN IAIN SAS Bangka Belitung Lakukan Sosialisasi Dampak Pernikahan Usia Muda dan Kesehatan Reproduksi

avatar Tong Hari
Tong Hari

1999 x dilihat
Mahasiswa KKN IAIN SAS Bangka Belitung Lakukan Sosialisasi Dampak Pernikahan Usia Muda dan Kesehatan Reproduksi




IAINSASBABEL.AC.ID - BANGKA TENGAH. Mahasiswa IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung  yang sedang menjalankan Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Keretak Atas Kecamatan Sungai Selan mengadakan Sosialisasi Dampak Pernikahan Anak dan Kesehatan Reproduksi bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sebagai bentuk program pencegahan pernikahan usia muda, Kamis (11/11/2021). 

Sosialisasi Dampak Pernikahan Dini dan Kesehatan Reproduksi merupakan kerja sama antara mahasiswa KKN kelompok 19 IAIN SAS Bangka Belitung dan BKKBN provinsi kepulauan Bangka Belitung. Program ini dilaksanakan agar masyarakat, khususnya anak SMP dan SMA mendapat pemahaman tentang dampak negatif menikah di usia muda.

Para orang tua yang diwakili tokoh masyarakat pun turut diundang. Oleh karena itu, tamu undangan ditujukan kepada anak SMP dan SMA Sungai Selan beserta tokoh masyarakat yang juga termasuk orang tua.Peserta yang mengikuti sosialisasi berjumlah kurang lebih 60 orang, terdiri atas Kades, Kadus, guru PAUD, ibu PKK, siswa-siswi OSIS SMP dan SMA, ibu rumah tangga, berserta tokoh masyarakat lainnya.

Agus Ketua Pelaksana menyampaikan bahwa kegiatan sosialisasi pernikahan dini ini merupakan kegiatan yang bertujuan memberikan motivasi serta pencerahan bagi para siswa-siswi bahwa dibandingkan menikah di usia dini, pendidikan merupakan hal yang lebih utama bagi seseorang tanpa memperhatikan gender atau jenis kelamin karena pendidikan adalah sarana seseorang meraih kesuksesan.

Sosialisasi dilaksanakan oleh mahasiswa KKN IAIN SAS Bangka Belitung tahun 2021 sebagai bentuk program kerja. “Kami harap masyarakat, khususnya siswa-siswi SMP dan SMA serta bapak dan ibu tamu undangan selaku orang tua paham rencanakan masa depan anak sebaik mungkin, sebagai bekal menuju keluarga sejahtera. Menikmati masa muda terlebih dahulu sebelum menikah," ujar Agus.

Iqrom Faldiansyah, M.A, selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) pada sambutan pembukaan acara sosialisasi mengatakan bahwa, kegiatan yang dilakukan mahasiswa KKN merupakan bentuk nyata kepedulian kepada masyarakat desa tempat mengabdi, terhadap kesiapan mental, organ reproduksi dan psikologis anak yang belum matang, sehingga ada baiknya tidak terburu-buru menikah. 

“Pernikahan usia dini dapat memicu perbedaan pemikiran antar pasangan muda yang pada akhirnya bisa menyebabkan saling menyalahkan satu sama lain. Hal tersebut disebabkan oleh belum siap mental serta emosi yang belum matang. Sehingga dalam pernikahan nanti, tak jarang pernikahan hanya bertahan hitungan bulan. Ia berharap, melalui sosisalisi yang berisikan edukasi ini, siswa memahami untuk tidak terburu-buru menikah pada usia muda. Mengingat banyak negatif dari pernikahan dini.

Supri, Kepala Urusan Desa Keretak Atas mewaliki kepala desa yang berhalangan hadir.  “Kami berharap, masyarakat, khususnya SMA dan SMP memahami dampak negatif dari pernikahan dini. Serta terima kasih kepada mahasiswa KKN IAIN SAS Bangka Belitung  yang telah menyelenggarakan acara ini,” ungkap Supri.

Dr. Novianti menyampaikan materi Pernikahan dini bisa menyebabkan berbagai dampak negatif, salah satunya organ reproduksi perempuan yang belum siap, memperbesar risiko terkena kanker rahim. “Usia ideal pernikahan menurut standar BKKBN revisi terbaru, 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki. Dengan demikan kedua belah pihak lebih matang baik secara psikis, psikologis, finansial, kesehatan, dan mental,” ujar  dr. Novianti.

Mengingat di Indonesia angka pernikahan usia dini terbilang tinggi, ada baiknya anak-anak sadar akan dampak negatif pernikahan dini. Agar saat tiba waktunya setelah menikah, masing-saming dari pasangan nyaman menjalani kehidupan berkeluarga. “Semoga anak-anak siap dan dapat mewujudkan rencana yang disusun menuju hidup bahagia melalui sekolah dan mendapat pekerjaan yang layak. Tidak putus sekolah, melanjutkan pendidikan sampai mendapat pekerjaan, sehat mental dan kesiapan tubuhnya,” tutup dr. Novianti.

Mika Triana S.Psi menambahkan, sifat serta kebutuan finansial harus matang sebelum menikah. Agar memperkecil terjadinya perpecahan dalam keluarga. Salah satu contoh, perkelahian yang disebabkan oleh kurangnya kematangan dari segi finansial akibat pekerjaan belum mendukung. “Jika menikah dini, otomatis anak terputus pendidikannya. Sangat baik generasi muda merencanakan hidup berporos kedepan. Seperti mapan terlebih dalulu sebelum menikah, matang pola pikir serta cepat tanggap dalam menyelesaikan masalah,” katanya.

 

 

(Penulis: Tong Hari/Ayaknan | Editor: H. Ika Robiantari)